Monday, February 27, 2012

Proses Yang Melatar Belakangi Nasionalisme di Indonesia

Berbagai masalah yang dihadapi oleh Bangsa Indonesia mulai dari masalah kemiskinan, pengangguran, terorisme dan lain sebagainya. Menimbulkan suatu ataupun banyak permasalahan. Salah satunya adalah rendahnya rasa Nasionalisme Bangsa Indonesia. Memang itu tidak bisa dipungkiri, karena masyarakat lebih memilih untuk kelangsungan hidupnya dari pada memikirkan hal-hal seperti itu yang dianggapnya tidak penting. Padahal rasa nasionalisme itu sangat penting sekali bagi bangsa Indonesia untuk bisa menjadi bangsa yang maju, bangsa yang modern , bangsa yang aman dan damai, adil dan sejahtera.

Sejak kapan istilah "kebangkitan nasional" dipakai? Istilah ini dikemukakan oleh Perdana Menteri Hatta pada tahun 1948. Saat itu situasi politik di dalam negeri masih diwarnai perang kemerdekaan, di mana gejolak politik begitu hebat. Mantan Perdana Menteri Amir Sjarifudin pada bulan Februari 1948 membentuk Front Demokrasi Rakyat (FDR)  dan melakukan berbagai provokasi yang memancing reaksi dari partai lain seperti Masyumi, sehingga timbul konflik fisik. Selain itu, akibat perjanjian Renville, tentara Siliwangi dan pemerintahan di Jawa Barat harus hijrah ke Yogyakarta, ibukota Republik Indonesia. Republik sudah berada di bawah ancaman Agresi Militer II. Keadaan ekonomi begitu buruk, inflasi meningkat. Sementara itu, Van Mook sibuk membentuk negara-negara federal seperti Negara Pasundan, NIT, dan lain-lain (Abdullah, 2001; Hoesein, 2008).


Ketika negara yang bernama Indonesia akhirnya terwujud pada tanggal 17 Agustus 1945, dengan penghuninya yang disebut bangsa Indonesia, persoalan ternyata belum selesai. Bangsa Indonesia masih harus berjuang dalam perang kemerdekaan antara tahun 1945-1949, tatkala penjajah menginginkan kembali jajahannya. Nasionalisme kita saat itu betul-betul diuji di tengah gejolak politik dan politik divide et impera Belanda. Setelah pengakuan kedaulatan tahun 1949, nasionalisme bangsa masih terus diuji dengan munculnya gerakan separatis di berbagai wilayah tanah air hingga akhirnya pada masa Demokrasi Terpimpin,  masalah nasionalisme diambil alih oleh negara. Nasionalisme politik pun digeser kembali ke nasionalisme politik sekaligus kultural. Dan, berakhir pula situasi ini dengan terjadinya tragedi nasional 30 September 1965.

   
Pada masa Orde Baru, wacana nasionalisme pun perlahan-lahan tergeser dengan persoalan-persoalan modernisasi dan industrialisasi (pembangunan). Maka "nasionalisme ekonomi" pun muncul ke permukaan. Sementara arus globalisasi, seakan memudarkan pula batas-batas "kebangsaan", kecuali dalam soal batas wilayah dan kedaulatan negara. Kita pun seakan menjadi warga dunia. Di samping itu, negara mengambil alih urusan nasionalisme, atas nama "kepentingan nasional" dan "demi stabilitas nasional" sehingga terjadilah apa yang disebut greedy state, negara betul-betul menguasai rakyat hingga memori kolektif masyarakat pun dicampuri negara. Maka inilah yang disebut "nasionalisme negara" (Abdullah, 2001: 37-39).

Keyword : Latar Belakang Nasionalisme di Indonesia
jokirnas Updated at: 6:58 AM

No comments:

Post a Comment